Sepotong cerita pengamatan hilal
Hai sahabat BiluPing, tak terasa ramadhan menyapa kembali. Ada begitu banyak berkah dan pahala yang dijanjikan Allah bagi mereka yang melaksanakan puasa belum lagi bonus pahala berkali lipat untuk setiap kebaikan yang dilakukan dibulan ini. Meskipun tahun ini kita mengalami perbedaan lagi terkait penetapan awal ramadhan tapi saya harap hal tersebut tidak menjadi masalah. Oh ia... terkait berkah ramadhan, saya punya cerita sedikit nih tentang hal tersebut, masih ingat kan sebelumnya saya sempat menulis tentang Astronom Amatir Makassar, itu loh komunitas yang terdiri dari orang-orang yang sangat suka mengamati gelapnya langit dengan jutaan bintang-bintangnya.
Langit yang kita pandang memang begitu mempesona terutama ketika mencoba menggali keindahan itu lebih dalam lagi dan tak hanya bintang yang akan kalian saksikan tapi planet, komet, nebula, dan berbagai hal-hal menakjupkan lainnya.
Kembali pada topik tulisan, ketika menyambut ramadhan kemarin kami (saya juga bagian komunitas itu jadi saya menggunakan kata ganti "kami") diundang dalam kegiatan pengamatan hilal ramadhan 1435H yang dilaksanakan oleh Kementerian KOMINFO bekerjasama dengan berbagai lembaga yaitu Kementerian Agama, Observatorium Bosscha ITB, BMKG, LAPAN, PT.Telkom, Observatorium Lhoknga NAD, UPI Bandung, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Universitas Hasanuddin, Universitas Lampung, Universitas Mataram, CASA Assalam Solo, Rukyatul Hilal Indonesia, BHR Rembang, Kudus Astronomi Club. Di Makassar, tim dari Bosscha dan Unhas yang diterjungkan di atap gedung GTC Makassar untuk mengamat hilal.
Sekedar informasi, kalender hijriah yang digunakan sebagai sistem penanggalan islam menggunakan bulan sebagai acuannya berbeda dengan kalender masehi yang menggunakan matahari sebagai acuannya sehingga tanggal 1 dalam kalender hijriah dihitung ketika bulan baru (hilal) terlihat sehingga awal waktu adalah magrib, berbeda dengan kalender masehi yang menetapkan pukul 12:00am (00.00) sebagai awal waktu. Sayangnya visibilitas hilal yang sangat tipis seringkali membuatnya sulit untuk terlihat terutama di beberapa daerah sehingga muncullah tim pengamatan hilal.
Ketika saya sampai di lokasi, disana sudah mulai ramai oleh tim pengamat dari Bosscha, Unhas dan Pengamat independen, media yang bersiap melaporkan secara langsung seperti tv one dan metro tv juga sudah standby dengan mobil satelitnya. Oleh kak Nur Hasanah yang merupakan alumni S1 dan S2 Astronomi ITB yang saat ini berprofesi sebagai dosen UNHAS sekaligus bagian dari Astronom Amatir Makassar, saya segera dikenalkan dengan perwakilan dari Bosscha, kak Agus dan kak Yatni yang selalu sempat memberikan penjelasannya tentang proses pengamatan hilal dan teknologi yang mereka gunakan meskipun saat itu mereka sedang sibuk memantau hilal yang benar-benar sangat sulit untuk tertangkap pada hari itu (27/6). Saya juga dikenalkan pada ustadz Rajamuda, seorang pengamat independen. Saya sempat bercerita sedikit tentang komunitas kami hingga beliau akhirnya tertarik dan bersedia membantu proses pengamatan kami kedepannya dengan teleskop. Hal ini merupakan berkah yang luar biasa bagi komunitas kami soalnya sebelumnya kami hanya melakukan observasi dengan perangkat seadanya.
Sebelum shalat magrib, rapat terkait hasil pengamatan hilal dibuka oleh perwakilan Kementerian Agama dengan keputusan bahwa hilal tak terlihat untuk daerah Sulawesi Selatan, keputusan ini tentunya hasil sementara soalnya hasil rapat ini masih akan dikirim ke pusat dan dijadikan bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam sidang isbat yang dilaksanakan di Kantor Kemenag (Hasil sidang isbat memutuskan 1 ramadhan jatuh pada hari Ahad 29 juni 2014).
Langit yang kita pandang memang begitu mempesona terutama ketika mencoba menggali keindahan itu lebih dalam lagi dan tak hanya bintang yang akan kalian saksikan tapi planet, komet, nebula, dan berbagai hal-hal menakjupkan lainnya.
Kembali pada topik tulisan, ketika menyambut ramadhan kemarin kami (saya juga bagian komunitas itu jadi saya menggunakan kata ganti "kami") diundang dalam kegiatan pengamatan hilal ramadhan 1435H yang dilaksanakan oleh Kementerian KOMINFO bekerjasama dengan berbagai lembaga yaitu Kementerian Agama, Observatorium Bosscha ITB, BMKG, LAPAN, PT.Telkom, Observatorium Lhoknga NAD, UPI Bandung, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Universitas Hasanuddin, Universitas Lampung, Universitas Mataram, CASA Assalam Solo, Rukyatul Hilal Indonesia, BHR Rembang, Kudus Astronomi Club. Di Makassar, tim dari Bosscha dan Unhas yang diterjungkan di atap gedung GTC Makassar untuk mengamat hilal.
Sekedar informasi, kalender hijriah yang digunakan sebagai sistem penanggalan islam menggunakan bulan sebagai acuannya berbeda dengan kalender masehi yang menggunakan matahari sebagai acuannya sehingga tanggal 1 dalam kalender hijriah dihitung ketika bulan baru (hilal) terlihat sehingga awal waktu adalah magrib, berbeda dengan kalender masehi yang menetapkan pukul 12:00am (00.00) sebagai awal waktu. Sayangnya visibilitas hilal yang sangat tipis seringkali membuatnya sulit untuk terlihat terutama di beberapa daerah sehingga muncullah tim pengamatan hilal.
Ketika saya sampai di lokasi, disana sudah mulai ramai oleh tim pengamat dari Bosscha, Unhas dan Pengamat independen, media yang bersiap melaporkan secara langsung seperti tv one dan metro tv juga sudah standby dengan mobil satelitnya. Oleh kak Nur Hasanah yang merupakan alumni S1 dan S2 Astronomi ITB yang saat ini berprofesi sebagai dosen UNHAS sekaligus bagian dari Astronom Amatir Makassar, saya segera dikenalkan dengan perwakilan dari Bosscha, kak Agus dan kak Yatni yang selalu sempat memberikan penjelasannya tentang proses pengamatan hilal dan teknologi yang mereka gunakan meskipun saat itu mereka sedang sibuk memantau hilal yang benar-benar sangat sulit untuk tertangkap pada hari itu (27/6). Saya juga dikenalkan pada ustadz Rajamuda, seorang pengamat independen. Saya sempat bercerita sedikit tentang komunitas kami hingga beliau akhirnya tertarik dan bersedia membantu proses pengamatan kami kedepannya dengan teleskop. Hal ini merupakan berkah yang luar biasa bagi komunitas kami soalnya sebelumnya kami hanya melakukan observasi dengan perangkat seadanya.
Kalender hijriah yang digunakan sebagai sistem penanggalan islam menggunakan bulan sebagai acuannya berbeda dengan kalender masehi yang menggunakan matahari sebagai acuannya sehingga tanggal 1 dalam kalender hijriah dihitung ketika bulan baru (hilal) terlihat sehingga awal waktu adalah magrib, berbeda dengan kalender masehi yang menetapkan pukul 12:00am (00.00) sebagai awal waktu.
Sebelum shalat magrib, rapat terkait hasil pengamatan hilal dibuka oleh perwakilan Kementerian Agama dengan keputusan bahwa hilal tak terlihat untuk daerah Sulawesi Selatan, keputusan ini tentunya hasil sementara soalnya hasil rapat ini masih akan dikirim ke pusat dan dijadikan bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam sidang isbat yang dilaksanakan di Kantor Kemenag (Hasil sidang isbat memutuskan 1 ramadhan jatuh pada hari Ahad 29 juni 2014).
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS. Yunus 5)
Foto ketika pengamatan dapat dilihat di album facebookku :
Tak perlu permasalahkan perbedaan awal puasa tapi yang paling penting adalah bagaimana mempermasalahkan amalan ibadah kita, bagaimana kita mengkritik semua dosa yang kita lakukan sebelumnya dan menjadikan ramadhan ini sebagai moment untuk memperbaikinya. Terima kasih telah membaca "Sepotong cerita pengamatan hilal"
Keknya mengasikkan ya, Bang.. Aku belom pernah nyoba liat hilal. Heheh.. :D
BalasHapusAkhir ramadhan lagi kan ada pengamatan hilal, ikut aja beb :)
BalasHapusTapi ngga tau harus ke mana :(
HapusCoba cari komunitas astro di kota atau daerah situ, biasanya ada kok :)
Hapusdari dulu suka penasaran sama pengamatan hilal, bukannya apa-apa, tapi emang penasaran kan yang diteliti diliyat berapa koordinatnya jga :D
BalasHapusmau dong ngikut klo malem aja tapi biar bisa lihat bintang . :D
kalau mau liat bintang, ikut dengan komunitas astronomi yang ada disitu. biasanya mereka melakukan observasi langit kok :)
Hapusmana tau ada komunitas astronomi apa nggak di tempatku . :D
Hapusaku anak rumahan, wkwkwkwk
Sekali-sekali keluar dong untuk berinteraksi dengan sekitar :)
Hapusselamat menjalankan ibadah puasa gan :)
BalasHapusMakasih. Selamat berpuasa juga bagi yang menjalankannya ^_^
Hapuskira kira hari raya tahun ini akan bareng lagi ga ya seluruh umat muslims eindonesia?
BalasHapusinsyaallah sama mas soalnya secara astronomi, jarak bulan dan matahari pas pengamatan nanti sekitar 5 derajat sehingga akan memudahkan untuk dilihat dari sudut pandang astronomi
HapusPasti mengasyikkan bisa dapat pengetahuan langsung saat melakukan pengamatan hilal
BalasHapusIa mas Toni apalagi pengalaman pertama :D
Hapusboleh juga ya kapan-kapan aku belajar mengamati hilal
BalasHapusBoleh banget tuh mbak, akan menambah pengalaman lagi terutama tentang masalah hilal dan cara hitung-hitungderajatnya :)
Hapus