Sebuah ketenangan dari masa lalu
Berbicara tentang sesuatu yang menghasilkan uang, pengalaman pertama saya tersebut terjadi sewaktu kecil (baca, sekolah dasar), saat itu Bapak biasanya meminta tolong untuk dicarikan uban di rambutnya dan setiap uban yang berhasil dicabut dengan akarnya dihargai Rp.25 meskipun pada kenyataannya Bapak tak pernah benar-benar membayar tapi disitu saya belajar bahwa ketika kita ingin mendapatkan uang, kita harus berusaha.
Selamat siang sahabat pembaca, gimana cuaca di tempat kalian, apakah panas menyengat seperti yang saya rasakan sekarang atau hujan yang mengantar angin dingin? Cuaca adalah salah satu pelengkap hidup, sebagai pelengkap maka kita harus selalu mensyukuri bagaimanapun kondisi cuaca tersebut –entah itu panas ataupun dingin. Postingan kali ini saya mau bahas tentang pekerjaan, bukan tentang lowongan kerja tapi tentang salah satu memori awal ketika saya terjun di dunia wirausaha (soalnya postingan sebelumnya, 2015: Tulisan pembuka banyak yang bertanya tentang pekerjaan saya).
Saya mulai mengenal dunia wirausaha sekisar tahun 2006/2007 saat masih kelas 2 SMA. Di tahun tersebut, penggunaan ponsel mulai banyak banyak sehingga counter-counter pulsa laris manis dikunjungi pembeli. Saya pun memutuskan untuk berjualan pulsa karena di kompleks tempat tinggal saya tidak ada penjual pulsa. Pertanyaan yang sering saya terima pada saat itu adalah “Berapa besar modal usaha ketika saya memulai usaha pulsa tersebut?”, Alhamdulillah saya tidak mengeluarkan modal sama sekali, berbekal kepercayaan dari salah satu counter besar di kota Barru (selanjutnya saya sebut kantor), saya pun berjualan dengan sistem SMS. Maksudnya sistem SMS seperti ini, jika ada yang ingin membeli pulsa pada saya, saya akan mengirim pesan pada kantor, lalu ia akan mengirim pulsa tersebut. Saya hanya perlu datang sekali dalam seminggu ke kantor untuk mengantarkan uang hasil penjualan pulsa tadi dan saya mendapat komisi Rp.500 untuk setiap pulsa yang terjual. Nilai itu terlihat kecil tapi jika dikalikan dengan jumlah pembeli pulsa yang berjumlah puluhan tiap harinya maka nilainya cukup untuk menambah uang jajan apalagi saya juga membuka salah satu cabang di kantin sekolah :)
Seiring waktu ketika usaha pulsa saya kian meningkat, cobaan juga hadir. Suatu hari seorang teman juga tertarik ingin berjualan pulsa (karena area kompleks rumahnya juga tidak ada penjual pulsa) dan dia ingin mengikut dengan sistem yang saya gunakan, saya pun menyetujuinya dan berbagi komisi dengannya. Jadi ketika ada yang ingin membeli pulsa padanya, ia akan mengirim sms pada saya dan saya akan meneruskan pesan tersebut pada kantor. Teman tersebut akan menyetor uang pulsa pada saya beberapa jam sebelum saya berangkat ke kantor mengantarkan hasil penjualan pada minggu tersebut.
Di awal, semuanya begitu lancar. Si teman selalu tepat waktu membayar hingga berikutnya mulai menunggak (saya memakluminya karena waktu itu ia mengikuti banyak les di sekolah jadi kadang sore baru pulang) sehingga terkadang saya yang menutup kekurangan tersebut ketika pergi menyetor. Ketika keadaan semakin parah, saya selalu menegurnya dan setelah ditegur ia biasanya rajin menyetor kembali tepat waktu. Puncaknya ketika saya baru lulus SMA, saat itu teman saya menunggak lagi, ditambah lagi dengan beberapa keluarga dan teman yang biasa minta pulsa dan telat dibayar (beberapa teman sekolah biasa meminta pulsa dan membayarnya ke esokan harinya di sekolah namun ketika lulus SMA, beberapa teman jarang ke sekolah karena keburu berangkat ke Makassar untuk ikut bimbingan belajar) dan saat itu saya sedang tak memiliki uang untuk menutupi kekurangan-kekurangan tersebut, alhasil saya kena marah di kantor soalnya uang yang kurang tidak masuk dalam kategori sedikit soalnya sudah sampai jutaan. Saya menerima semua kemarahan itu karena itu salah saya yang tak tegas dan tak memperhitungkan kemungkinan buruknya. Saat itu saya juga menyampaikan maksud untuk berhenti berjualan karena saya akan ke Makassar untuk kuliah. Ucapan terakhir yang selalu saya ingat dari Bos saya waktu seperti ini “Dek, tak usah pikirkan masalah (uang) itu. Fokus saja kuliahnya, kapan-kapan saja kalau ada uang baru diganti uang yang kurang itu”. Ia mengatakan seperti itu karena saat itu ia tahu bahwa saya benar-benar tidak memiliki uang untuk mengganti uang yang kurang tersebut.
***
Saya pernah membaca sebuah curahan hati seorang sales, dia mengatakan bahwa kantor tempat ia bekerja kadang mengancam untuk memotong gajinya ketika ia pulang tapi tak ada satupun produk yang laku terjual. Saya tak bisa membayangkan bagaimana perasaan sales tersebut ketika seharian berkeliling mencari pelanggan namun ketika pulang malah mendapat marah dan ancaman pemotongan gaji dari bosnya. Saat itu saya kembali teringat dengan mantan bos saya, andai semua bos seperti dia. Sosok pemimpin yang tegas dalam mengingatkan kesalahan tapi selalu berusaha mengerti keadaan bawahannya. Akan lain ceritanya ketika si sales pulang dari usahanya mencari pelanggan namun disambut ramah oleh atasannya, dengan sebuah tepukan hangat di punggung dan kalimat sederhana, “Tak apa-apa, kamu sudah bekerja dengan begitu hebat hari ini. Rejeki itu tak akan kemana kok asal kita berusaha, masih ada hari esok jadi semangatlah”. Saya yakin rasa lelah si sales setelah seharian berkeliling akan langsung lenyap pada saat itu juga.
Hidup adalah sebuah proses dimana hasil kadang tak sama dengan apa yang kita harapkan. Patah semangat dan kecewa tak bisa dipungkiri dalam hidup tapi dibalik setiap kegagalan, kita selalu butuh sosok yang selalu berkata “Tak apa-apa, tetap semangat”. Saya berharap, jika suatu saat saya menjadi pemimpin, saya tak melupakan kisah ini.
NB.
Buat kang Asep Haryono, mba Ketty Husnia dan mba Lidya yang kemarin nunggu postingan saya tentang pekerjaan, postingannya belum ditulis yah. Sebenarnya sih postingan ini untuk menepati janji itu tapi rasanya terlalu panjang kalau cerikan semuanya jadi anggap saja ini pembukaannya yah. Insyaallah next posting :)
Semangat terus, Baaang :D
BalasHapusSemangat dong beb, gak boleh nyerah. Hidup itu adalah perjuangan ^_^
Hapusit's ok Mas..bersambung postingannya jg menarik koq..jd seru kayak baca cerita :)
BalasHapusTapi sambungan ceritanya itu loh mba, kadang lama baru disambung :D
Hapussemangat terus ya
BalasHapusHarus dong mba, gak boleh patah semanga :)
HapusBener kang~ Hidup itu proses, jungkir baliknya yang bikin kita sakit, tapi saat kita bangkit kita tahu bahwa itu adalah proses kedewasaan.
BalasHapusBetul kang, biarpun jungkir balik sana sini tapi tak usah disesali, ambil saja pelajaran berharga dari itu semua. Buka mata, buka telinga, buka hati dan rasakan semuanya :)
Hapusga kebayang..
BalasHapussekarang masih jualalan pulsa om?
Sudah enggak mas, udah lama berhenti setelah semakin banyak teman yang malah ngutang pulsa :D
Hapus*kadang tidak tega juga jika mereka minta dengan tambahan kalimat "lagi mendesak, butuh sekali, lagi nunggu kiriman"
apapun rezeki yang di dapat patut disyukuri , ya setidaknya sudah bekerja dengan baik pasti lama-lama akan lancar usahanya :)
BalasHapusBetul, harus selalu di syukuri agar rejeki itu terasa cukup :)
HapusNgomong-ngomong blognya yang trisnapedia kok tidak bisa diakses? katanya dihapus.
cemungut mas hehehe
BalasHapusIa mba, makasih yah :)
HapusJangan patah semangat, ambil hikmah dan pelajaran buat kemajuan masa depan.
BalasHapusMakasih banyak ya?
Betul mas, ambil pelajaran penting dari pengalaman yang dilewati.
HapusMakasih buat apa yah mas?
tapi makasih buat kunjungannya :)
Betul mas, harus tekun, jujur, sabar, dan tak lupa untuk senantiasa berdoa agar rejeki mengalir dengan lancar
BalasHapusBenar, Bro. Setuju! Kadang saat lagi depresi, kita beneran butuh seseorang yang bilang, "tetep semangat!" Tapi orang kebanyakan suka nggak paham, dan malah asyik menceramahi, ngejudge, ngelecehin, dll, dsb. Itu bete banget!!! Dan walau cuma satu-dua orang, kata-kata itu jadi terkesan istimewa. Penyelamat hidup banget!!!
BalasHapuskita hanya bisa berdo'a dan berusaha hasil akhir tetap allah yang menentukan.Semangat terus ya :)
BalasHapus