Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Emosi di angkot

Pete-pete

Malam ini jam dinding menunjukkan pukul 9:45. Di bawah sebuah penerangan yang lumayan terang dan alunan lagu-lagu tempo dulu, aku akhirnya menyelesaikan sebuah tulisanku tentang emosi di angkot.  Sebelum melanjutkan membaca kisah tersebut, perlu pembaca ketahui bahwa kisah yang aku tulis dengan label “Catatan Hidup” hanyalah sebuah fiksi yang mewakili berbagai masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Penulis tak pernah bermaksud menyinggung individu atau golongan tertentu. Jika ada kesamaan kisah, penulis berharap kita mampu mengambil manfaat dari kisah tersebut.

Siang ini kami duduk di sebuah kotak baja berwarna biru muda, orang-orang biasa menyebutnya angkot, di Makassar, ia di panggil "Pete-pete". Suhu panas terasa membakar setiap tubuh yang saat ini duduk saling berdesakan, sudah kebiasaan sopir memaksakan jumlah penumpang di luar kapasitas muatan seharusnya. Kami duduk berhadapan, saling berpandangan satu sama lain, entah apa yang berada di pikiran para penumpang. Rasa saling curiga terkadang muncul, terutama untuk penumpang yang berpenampilan mencurigakan dan menurutku ini adalah hal yang wajar setelah semua pemberitaan yang muncul terkait kejahatan yang terjadi di angkutan umum.

Mobil ini pun berhenti bermaksud menunggu penumpang, kami kembali saling memandang dan mencari ruang kosong, “apakah masih ada tempat untuk penumpang lain?” tanyaku dalam hati. Aku merasa kalau tak ada tempat lagi, semuanya sudah penuh. Lebih 5 menit mobil ini berhenti dan sudah bisa dibayangkan bagaimana rasanya berada di dalam sebuah mobil yang sempit di tambah dengan suhu yang panas.

“Pak, kenapa belum jalan juga? Panas nih” bentak seorang ibu. Nampaknya ia tak bisa lagi menahan emosinya, dan ibu itu mewakili kata hatiku yang sejak tadi berharap mobilnya segera jalan. Aku tak tahan dengan kesesakan dan suhu yang panas ini.

“Sabar bu” Sopir yang masih muda itu menjawab segera. Nampaknya ia juga tengah emosi karena merasa rejekinya dibatas-batasi oleh ibu itu. Aku yang berada tepat dibelakang sopir itu mendengar dengan jelas sopir itu terus mengeluh meskipun suaranya pelan, mungkin tak ingin terdengar oleh ibu itu.

Tak lama setelah itu, seorang paruh baya naik di atas mobil tersebut setelah sebelumnya berhenti di depan pintu mencari tempat untuk duduk.

“Masih ada kosong pak, silahkan naik” ucap sopir itu, sambil menunjuk sudut bagian belakang. Seorang gadis yang sedikit lebih muda dariku segera bergeser memberikan sedikit ruang duduk untuk lelaki paruh baya itu. Tak lama setelah itu, mobil kembali melaju perlahan dengan penumpang yang lagi-lagi di luar kapasitas.

Lelaki paruh baya itu mengeluarkan bungkusan rokok dari saku bajunya. Percikan api pun muncul sesaat setelah ia menjepit sebatang rokok dengan kedua bibirnya. Kepulan asap pun muncul dan memenuhi ruangan yang sejak tadi telah sesak dengan desakan penumpang. Aku yang berada tepat di belakang sopir bisa merasakan asap yang sungguh mengganggu itu, “Apalagi dengan penumpang yang duduk lebih dekat dengan laki-laki itu, pasti tersiksa” ucapku dalam hati.

“Pak, matikan rokok itu. Sudah tahu disini panas dan sesak, sekarang malah di tambah dengan asap rokot lagi” Ibu yang tadi kembali emosi, nampaknya emosinya saat sopir menghentikan mobil terlalu lama belum hilang dan sekarang bertambah dengan ulah seorang lelaki tua yang menyalakan rokok dalam kondisi seperti ini. Lelaki tua itu tak berkata apa-apa, ia segera membuang rokoknya di jendela mobil. Meskipun demikian ibu itu masih terus emosi dan mengeluh, seakan tidak puas dengan semua masalah yang hinggap di hidupnya.

Aku akhirnya tiba di tujuan. Setelah memberikan dua lembar uang ribuan, mobil itu pun pergi meninggalku, melanjutkan tugas mulianya untuk mengantarkan para penumpang dengan selamat ketujuannya masing-masing. Sesaat sebelum mobil itu pergi, aku masih mendengar ibu itu mengeluh. Meskipun nampaknya ia terlihat galak namun aku salut padanya, ia mampu mengutarakan semua perasaannya dan ternyata apa yang dikatakannya itu sukses mewakili kata hati kami.

Demikian dulu tulisan sederhanaku tentang Emosi di Angkot, semoga ini bermanfaat untuk para pembaca, utamanya bagi para sopir angkot yang terkadang memaksakan penumpang melebihi kapasitas dan juga bagi mereka yang sering merokok di atas angkot. Sebelum mengakhiri tulisan ini, ada sebuah pesan dariku
“Emosi itu seperti api, memiliki sisi positif ketika ia berada pada tempat yang tepat.”

Sumber gambar
  • Pete-peta: jurnalgigi.blogspot.com

32 komentar untuk "Emosi di angkot"

  1. Iya tuh, sy juga pernah naik angkot yang kapasitasnya kelebihan begitu. bikin emosi.
    anyway klo di lombok, kagak ada angkot, yg ada mobil kuning, ya tapi sejenislah hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama boleh berbeda, intinya tetap sama...
      Kasian penumpang jika harus berdesakan... belum lagi jika ditambah asap rokok

      Hapus
  2. Kalau di Pontianak, namanya oplet :)

    Udah lama ga naek angkot, tapi bisa membayangkan emosi-emosi yang tertuang di dalamnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Disini sebenarnya namanya Pete-pete tapi biar mudah dicerna pembaca jadi aku pakai nama angkot. Ada juga yang nama yang lainnya. Tadi mobil kuning, sekarang oplet :)

      Hapus
  3. Realita banget ya!
    Itulah salah satu alasan aku lebih baik naik busway yang notobene pake AC, jadi gak bisa merokok di dalamnya hehehe...Paling sebel banget klo pas lagi hamil atau ada org hamil, masih juga merokok, klo yg ini aku bener2 bisa esmosi ^^V

    Eh, kamunya merokok gak? hihihi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul tuh, apalagi jika sudah sempit, panas, ada asap kendaraan, ditambah dengan asap rokok, emosi tingkat tinggi jadinya :)

      Hapus
  4. Saya malah males naik angkot

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kok malas sih? alasannya apa?

      Hapus
  5. hal seperti itulah yang saya alami di sumatera, tapi alhamdulillah sedikitnya berkurang setelah di Malang, setidaknya angkot tidak mengetem lagi :)
    nice post sob, salam blogger!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam blogger juga kawan. memang apa bedanya waktu di Sumatra dengan di Malang?

      Hapus
  6. Assalamualaikum f4dLy

    pernah di K Lumpur sekitar 80an gunakan kenderaan macam tu
    kami panggil bas mini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaikumsalam atuk
      Disini masih menggunakan seperti itu, masih banyak orang yang bergantung pada pendapatan sebagai seorang sopir angkot

      Hapus
  7. Haha.....pas banget
    tadi aja kejadian pas ane naik angkot di depan supir ke spbu,nah sebelumnya ada bapak-bapak yang lama amat(berdiam diri) di tempat spbu sampe supirnya emosi karena gak sabar pengen ngisi bensin......

    memang banyak yang nafsuan supir angkot itu :D
    jangan di contoh kagak bener

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin masalah hidup yang membuat watak seseorang menjadi seperti itu. butuh perjuagan keras mencari nafkah

      Hapus
  8. kunjungan gan.,.
    bagi" motivasi.,.
    fikiran yang positif bisa menghasilkan keuntungan yang positif pula.,..
    di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih yah untuk motivasinya... memang betul, hal positif itu akan memberikan dampak yang positif juga

      Hapus
  9. yup betul... paling jengkel mmng klo pete2nya lama nangkring, baru ujung-ujungnya biasa nda ada yg naik -,-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengalaman ini pasti de' soalnya sesama di Makassar :)

      Hapus
  10. heeee,,,,,mananya kota saudara, apalagi kendaraan umum,,,semestinya nie,,,ada himbauan sebelum naik pete2,,,seperti DILARANG MEROKOK KETIKA HENDAK NAIK ANKOT DAN DIDALAM ANGKOT.
    terus gimana dengan supirnya,,,,ya harus tahan juga rokok saat mengemudi ketika ada penumpang,,kalau belum juga bisa ,ditegur seperti ibu itupun solusi cerdas deh,,,,,thanks semuanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang seharusnya seperti itu, sopir dan penumpang tidak boleh merokok apalagi kalau fasilitas umum.
      Tapi apakah sosok seerti ibu itu masih ada?

      Hapus
  11. bner bnget,,,
    mkany qu pling mles naek angkotan umum...
    hufftttttttttt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan berarti karena kesalahan 1 atau 2 orang sopir angkot, kita malah memvonis semuanya seperti itu. Tak semua angkutan kota seperti itu

      Hapus
  12. udah lama juga gw ngga ngerasain naek angkot, ya mau gimana lagi mungkin memang dikejar setoran.. emang beragam sih supir dan penumpang angkot itu..

    BalasHapus
  13. emak emak itu memang pakarnya ngomel. termasuk saya yang doyan ngomel kalau ada orang ngrokok di bus. habisnya saya asma, ga kuat sama asap rokok. :)

    BalasHapus
  14. paling sebel naik angkot dioper2 deh..jadi ikutan esmosi deh

    BalasHapus
  15. salam kenal yah, ku tunggu kunjungan baliknya dah :D

    BalasHapus
  16. kalo mau naik angkot nya sepi , gak ugal2an, sopirnya sabar.... sptnya Balikpapan masih bisa jadi pilihan

    BalasHapus
  17. berbagi kata-kata motivasi gan :D
    --Semua waktu adalah waktu yang tepat untuk
    --melakukan sesuatu yang baik. Jangan menjadi
    --orang tua yang masih melakukan sesuatu yang
    --seharusnya dilakukan saat muda.

    salam kenal yah, ku tunggu kunjugan baliknya dah :)

    BalasHapus
  18. Suka sama kata-kata terakhirnya! :)

    BalasHapus
  19. berbagi Kata Kata Motivasi gan,
    Doaku hari ini: Tuhan, aku ingin apapun yang aku lakukan bermanfaat dan dapat memberi kebaikan kepada semua orang.

    Dengan memudahkan hidup orang lain, hidup kita akan dimudahkan oleh Tuhan.

    semoga dapat di terima :D

    BalasHapus
  20. salam gan ...
    menghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
    di tunggu kunjungan balik.nya gan !

    BalasHapus
  21. Wa..., ibu-ibu yg kayak gitu jempol deh... berterus terang mengutarakan perasaan, tidak seperti kebanyakan ngomel di belakang....hhe

    BalasHapus

Kami menghargai setiap tanggapan pembaca.
Kami akan berusaha merespon tanggapan tersebut secepatnya, اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

Catatan
1. Jangan SPAM yah....
2. Tidak menggunakan link hidup
3. Silahkan berkomentar dengan sopan