Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Manusia yang dikontrak

Manusia yang dikontrak
Assalamu alaikum sahabat BiluPing bagaimana kondisi cuaca ditempat kalian? Kalau disini sedang turun hujan ketika jemariku menari diatas keyboard mengetikkan kata-kata yang saat ini kalian baca. Semoga hujan tak menjadi kendala kita dalam menjalani rutinitas hari ini biar bagaimanapun, hujan itu salah satu karunia yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita. Ngomong-ngomong ini hari apa yah? … “Jumat” “Jumat!”. Siapa tuh yang menjawab? Dapat nilai 100 deh :)
Di hari jumat yang penuh berkah ini, saya ingin menuliskan sebuah kisah penuh makna, kisah ini bukan ciptaan saya hanya saja saya pernah membaca atau mendengarnya beberapa waktu yang lalu entahlah saya juga lupa kapan waktu itu yang jelas kisah ini sudah tersimpan hampir setahun (atau mungkin lebih) dalam memori otakku dan tiba-tiba ia muncul kepermukaan jadi daripada kisahnya lenyap lagi dari ingatanku maka lebih baik menuliskannya kan?

Kisah ini tentang 2 orang sahabat yang sama-sama ingin merubah perekonomiannya dan memutuskan untuk menjadi TKI(Tenaga Kerja Indonesia). Setelah mengikuti rangkai proses yang panjang akhirnya mereka diberangkatkan ke Arab Saudi, beruntungnya mereka bekerja di tempat yang sama dan penghasilan mereka juga sama, katakanlah 10 juta rupiah perbulannya dengan gaji itu, mereka sama-sama sudah bisa membayangkan bagaimana kehidupan mereka kedepannya dan impian mereka merubah nasib perekonomian keluarga akan segera terwujud 5 tahun lagi, yah mereka hanya dikontrak kerja selama 5 tahun.

Karena gaji yang begitu besar, pemuda yang pertama mulai berubah, ia mulai terpengaruh gaya hidup High Class yang serba bermewah-mewahan. Jika ada handphone keluaran terbaru yang menurutnya lebih mahal dari handphonenya maka ia tak segan-segan untuk membelinya padahal handphone sebelumnya masih berfungsi dengan baik. Demikian juga soalnya makanan sehari-hari, ia yang dulunya makan sederhana dan ala kadarnya kini mulai beralih ke makanan-makanan restoran, ia bahkan tak peduli ketika banyak makanan yang tersisa akibat keborosannya, ia hanya ingin merasakan kenikmatan hidup, makan sepuasnya. Ia sering diperingatkan temannya untuk hidup sederhana namun ia malah marah dan menganggap bahwa temannya itu terlalu kampungan sehingga tidak mengerti kehidupan mewah.

Berbeda dengan pemuda yang pertama, meskipun ia memiliki gaji yang begitu besar namun pemuda kedua masih tetap hidup hemat dan sederhana. Ia hanya menggunakan upah tersebut secukupnya dan sisanya ia kirim pada keluarganya dikampung halaman untuk ditabung. Ia juga berpesan, jika suatu saat uang tabungannya itu cukup untuk membeli sebidang tanah maka gunakanlah untuk itu. Setelah ia memiliki tanah, ia kemudian berpesan lagi pada keluarganya jika suatu saat tabungannya cukup untuk membangun rumah maka tolong bangunkan rumah untukku diatas tanah itu. Demikian terus seiring waktu berlalu sehingga kini ia tak hanya memiliki sebidang tanah dan rumah namun kendaraan dan tabungan, semua sudah menanti kedatangannya, pemuda kedua ini sempat berpikir, Andaikata ia diberhentikan bekerja sekarang (tahun ke empat) maka ia hanya perlu pulang ke kampung halaman, disana semua kerja kerasnya telah menantinya

Waktu terus berjalan dan tak terasa masa kontrak itu hampir habis, pemuda pertama mulai kawatir dengan kehidupannya, bagaimana nasibnya nanti jika majikannya tidak memperpanjajng kontrak? Bagaimana ia akan menjalani kehidupan mewahnya? Dan benar saja, sang majikan tidak memperpanjang kontrak tersebut. Di akhir cerita, kedua pemuda tersebut pulang ke kampung halaman dengan nasib yang berbeda. Pemuda pertama sempat takjub ketika melihat sebuah rumah yang berdiri megah di kampungnya tersebut namun takjub itu langsung berubah menjadi penyeselan ketika ia tahu bahwa itu rumah sahabatnya.

Bagaimana kisahnya teman-teman? Dapat makna dibaliknya kan? Makanya rajin-rajin menabung biar sukses :D tapi sebenarnya bukan makna tentang menabung yang ingin kusampaikan pada tulisanku kali ini tapi ada makna lain yang tersirat dan tersurat dari kisah diatas. Kurang lebih seperti itulah perumpamaan kehidupan manusia di dunia ini, kita ibarat pemuda dalam cerita diatas yang dikontrak kedunia ini mencari bekal kembali ke negeri akhirat. Beruntunglah mereka yang tak pernah lupa menabung bekal kehidupan akhiratnya sehingga ketika kontrak nyawa yang diberikan Allah SWT kepadanya telah berakhir maka ia cukup menanti hasil jerih payahnya mengumpulkan pundi-pundi amal selama di dunia. Sungguh rugilah mereka yang  terbuai begitu dalam dengan kenikmatan dunia sehinga lupa bahkan tak sempat mengumpulkan bekal akhiratnya.

 وَالْعَصْرِ -  إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ -  إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-'Ashr 1-3)

Mungkin ini dulu postingan singkat saya pada hari jumat ini, semoga tulisan ini bisa memberikan arti kepada para pembaca sekaligus menjadi pengingat bagi saya secara pribadi untuk senantiasa memperbaiki diri. Terima kasih sudah menyimak tulisan ini, silahkan berkomentar yah :) [fi]

Sumber gambar:
Awas Akhirat - wasathon.com

17 komentar untuk "Manusia yang dikontrak"

  1. Wa alaikumussalam...
    Cerita yang terarah dengan baik. Aamiin.... insha Allah kita dapat menerima pesan dari tulisan diatas menjadikan ingatan kita selalu terjaga tentang tujuan dimuka bumi ini.
    Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mumpung ingat cerita itu lagi mbak jadi langsung ditulis daripada hilang :)

      Hapus
  2. Wa alaikumussalam.. Kunjungan balik dari saya. Terima kasih untuk pengingatnya dan semoga kita dapat terus mengumpulkan "bekal" sebanyak-banyaknya di dunia ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih untuk kunjungan baliknya mbak. Untuk masalah "Bekal" itu harus mbak, pokoknya harus rakus kumpulin bekalnya :)

      Hapus
  3. Wah, kisah yang bagus. Hidup di dunia memang sementara saja, kita harus mengingat setelahnya dan jangan berlebihan. Terima kasih sudah mengingatkan, Fadly :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih kunjungannya mbak Indi, lama gak kesini yah :)

      Hapus
  4. Menjadi pengingat buat aku juga nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa jadi pengingat untuk semuanya mbak :)

      Hapus
  5. sangat relevan sekali dengan kondisi sekarang yang serba kontrak
    kerja kontrak, rumah kontrak, sampe kawin juga kontrak..
    hwekekeke :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi sebelum semua itu di kontrak, manusia sudah lebih dulu dikontrak :)

      Hapus
  6. Balasan
    1. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat :)

      Hapus
  7. Sungguh kisah yang mengharukan :/
    Btw, salam kenal mas fadly.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga mas, makasih untuk kunjugannya :)

      Hapus
  8. subhanallah.. terima kasih sudah diingatkan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 mas, semoga selalu ingat yah mas :)

      Hapus
  9. Pemuda pertama - Berakit-rakit ke hulu sampai di hulu hanyut ... kasihan deh loe

    BalasHapus

Kami menghargai setiap tanggapan pembaca.
Kami akan berusaha merespon tanggapan tersebut secepatnya, اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

Catatan
1. Jangan SPAM yah....
2. Tidak menggunakan link hidup
3. Silahkan berkomentar dengan sopan